WHAT'S NEW?
Loading...

Hina Zinah





Penyakit AIDS sudah melanda negeri...
Perselingkuhan biasa terjadi…
Keperawanan sudah tidak berarti...
Perzinaanlah yang merasuki.


Dunia adalah ujian...
Dunia penuh dengan tipuan...
Dan tipuan yang paling besar adalah wanita...
Allah ’Azza wa Jalla berfirman:


”Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS Ali Imran : 14


Fitnah paling besar yang dihadapi di dunia adalah wanita, Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنْ النِّسَاءِ
“Aku tidak meninggalkan fitnah (masalah) yang lebih besar atas kaum lelaki setelahku dibandingkan wanita”.
[HR. Al-Bukhoriy dalam An-Nikah (no. 5096), dan Muslim dalam Adz-Dzikr wa Ad-Du'a' (no. 7880 & 6881)]


Sahabat Hikmah…
Sesungguhnya siapapun yang memahami HIKMAH..
niscaya dia tidak akan berani mendekati ZINA.
Allah subhanahhu wa ta’ala berfirman:


“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk.: (QS Al Isra’(17): 32).


“Sesungguhnya Allah telah menetapkan atas diri anak keturunan Adam bagiannya dari zina. Dia mengetahui yang demikian tanpa dipungkiri. Mata itu bisa berzina, dan zinanya adalah pandangan. Lidah itu bisa berzina dan zinanya adalah perkataan. Kaki itu bisa berzina dan zinanya adalah ayunan langkah. Tangan itu bisa berzina dan zinanya adalah sentuhan. Hati bisa berzina dengan keinginan dan angan-angan. Baik kemaluan membenarkan yang demikian itu atau mendustakannya.” (H.R. Bukhari, Muslim, An-Nasai, dan Abu Dawud).


Allah melarang kita mendekati zina,
Karena zina adalah susah dihindari bila sudah berhadapan.
Sehingga bila kita tidak ingin terjebak zina,
janganlah kita mendekati langkah-langkah ke arahnya :


· Laki-laki dan wanita tidak menahan pandangan yang menimbulkan nafsu, melihat aurat, dan melihat lawan jenis melebihi apa yang dibutuhkan.
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya..” (QS An-Nur : 30-31)


“Sesungguhnya memandang (wanita) adalah salah satu panah beracun dari berbagai macam anak panah iblis. Barangsiapa menahan pandangannya dari keindahan-keindahan wanita karena takut pada-Ku, maka Allah mewariskan kelezatan iman di dalam hatinya.” (H.R. Thabrani).


“Wahai Ali, janganlah engkau susuli pandangan dengan pandangan lagi, karena yang pertama menjadi bagianmu dan yang kedua bukan lagi menjadi bagianmu (dosa atasmu)” (H.R. Ahmad, Tirmidzi, dan Abu Dawud).


· Memakai pakaian yang membuka aurat kepada yang bukan mahram. Aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.
“Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Ahzab : 59)


· Di waktu mengobrol wanita memperlihatkan perkataan yang merayu dan menggoda.
“Maka janganlah kalian merendahkan suara dalam berbicara sehingga berkeinginan jeleklah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang ma‘ruf.” (QS Al Ahzab: 32)


· Wanita memakai parfum yang menggoda laki-laki
“Perempuan manapun yang menggunakan parfum kemudian melewati suatu kaum agar mereka mencium wanginya maka dia seorang pezina” (HR Ahmad, 4/418; shahihul jam’: 105)




· Di waktu berjalan hendaknya wanita jangan menggoda orang yang melihat.
“Wanita itu adalah aurat, apabila ia keluar rumah maka syaitan menghias-hiasinya. (membuat indah dalam pandangan laki-laki sehingga ia terfitnah)”.
(HR. At Tirmidzi, dishahihkan dengan syarat Muslim oleh Asy Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi`i dalam Ash Shahihul Musnad, 2/36).




· Pertemuan lelaki dan perempuan tanpa disertai dengan mahram. Termasuk di sini suka mojok atau berduaan ditempat yang sepi, karena yang ketiganya adalah setan. Seperti sabda nabi:
"Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat (berduaan di tempat sepi), sebab setan menemaninya, janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali disertai dengan mahramnya." (HR. Bukhari & Muslim).


· Bersentuhan antara lelaki dan wanita
“Kepala salah seorang dari kalian di paku dengan paku besi itu lebih baik baginya daripada menyentuh yang bukan mahromnya." (HR. Thabrani).


Sahabat Hikmah...
Kita semua mengakui bahwa kita CIPTAAN Allah.
Seharusnya kita semua juga mengakui bahwa kita MILIK Allah.




Kalau kita sudah mengakui bahwa kita MILIK Allah,
Seharusnya kita mengakui ATURAN dan HUKUM Allah...




Hukum Allah itu ada yang harus diberlakukan di dunia,
Dan ada yang diberlakukan di Akhirat.




Hukum Allah di dunia adalah tergantung PENGUASA.
Bila dia taat, dia melaksanakan hukum sesuai hukum buatan Allah,
Bila dia tidak taat, dia melaksanakan hukum buatan manusia.
Tetapi hukum Allah di Akhirat PASTI akan dilaksankan.
Karena Dia adalah ’Maliki Yaumiddiin’ (Raja Hari Pembalasan).




Zina adalah dosa besar nomor 2 setelah syirik.
Rasulullah Saw bersabda, “Tidak ada dosa yang paling besar di sisi Allah sesudah syirik kepada Allah, dapat melebihi dosa orang yang menumpahkan air mani (sperma)nya pada perempuan yang tidak halal.” (HR Ahmad dan Thabrani).




Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai kaum Muslimin! Takutlah kamu akan berbuat zina, sebab disitu ada enam perkara, yang tiga di dunia dan yang tiga di akherat. Adapun yang tiga di dunia adalah: 1. Hilangnya sinar wajahnya,
2. Pendek umurnya,3. Berlangsung terus kekafirannya. Sedangkan yang tiga perkara lagi di akherat ialah: 1. Mendapat kemurkaan Allah SWT. 2. Hisab (hitungan amal) yang jelek, dan 3. Azab neraka. (HR Baihaqi)




Karena begitu tercelanya para pezina ini, maka Allah menurunkan aturan untuk menjaga perkembangbiakan keturunan orang-orang yang beriman dari terkontaminasi farjinya para pezina.




Allah SWT berfirman:
“Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina atau perempuan yang musyrik. Dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki yang musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang beriman.” (QS An Nuur (24): 3).




Hukuman bagi pezina di dunia:




“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera,dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.” (QS An Nuur (24): 2).




Dan hukum terbaik bagi para pezina ini diperjelas rinciannya oleh Rasulullah Saw:
Dari Ubadah bin Shamit ra, ia berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ambillah (hukum) dari padaku! Ambillah (hukum) dari padaku! Karena sesungguhnya Allah telah bukakan jalan bagi mereka, yaitu gadis dan jejaka dera seratus kali dan pengasingan setahun, dan yang sudah pernah menikah dengan yang sudah menikah dera seratus kali dan rajam.” (HR Muslim).


Hadits dari Nu’aim bin Hazzal : “Ma’iz bin Malik adalah seorang yatim dibawah asuhan bapakku. Lalu dia menzinahi seorang budak dari suku itu. Maka bapakku berkata kepadanya, “Pergilah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beritahukan kepada beliau apa yang telah engkau lakukan. Semoga beliau memohonkan ampun untukmu”. Bapakku menghendaki hal itu karena berharap Ma’iz memperoleh solusi.
Maka Ma’iz mendatangi beliau dan berkata, “Wahai Rasulullah sesungguhnya aku telah berzina. Maka tegakkanlah kitab Allah atasku”. Lalu beliau berpaling darinya.
Kemudian Ma’iz mengulangi dan berkata, ““Wahai Rasulullah sesungguhnya aku telah berzina. Maka tegakkanlah kitab Allah atasku”. Maka beliau berpaling darinya.
Kemudian Ma’iz mengulangi dan berkata, ““Wahai Rasulullah sesungguhnya aku telah berzina. Maka tegakkanlah kitab Allah atasku”. Sampai dia mengulanginya empat kali.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau telah mengatakannya empat kali. Lalu dengan siapa ?. Dia menjawab, “Dengan si Fulanah”. Lalu beliau bersabda, “Apakah engkau berbaring dengannya?”. Dia menjawab, “Ya”. Lalu beliau bersabda, “apakah engkau menyentuh kulitnya?”. Dia menjawab, “Ya”. Lalu beliau bersabda, “Apakah engkau bersetubuh dengannya?”. Dia menjawab, “Ya”. Maka beliau memerintahkan untuk merajamnya. Kemudian dia dibawa keluar ke Harrah . Tatkala dia dirajam, lalu merasakan lemparan batu. Dia berkeluh kesah, lalu dia keluar dan berlari. Maka Abdullah bin Unais menyusulnya. Sedangkan sahabat-sahabatnya yang lain telah lelah. Kemudian Abdullah mengambil tulang betis unta, lalu melemparkannya, sehingga dia membunuhnya. Lalu dia mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakanya kepada beliau. Maka beliau bersabda, “Tidakkah kamu membiarkannya, kemungkinan dia bertaubat, lalu Allah menerima tuabatnya!?” [Hadits Riwayat Muslim dan lainnya]

Sahabat Hikmah...
Hukuman bagi pezina di dunia sungguh menghinakan,
Bagi yang belum menikah dicambuk seratus kali dan diasingkan setahun.
Bagi yang sudah menikah dirajam,
yaitu hukuman mati dengan cara dilempari batu.
Cara menghukum seperti ini tidak dilakukan kecuali dalam kasus yang sangat tercela dan hanya bila penerima hukuman benar-benar terbukti dengan teramat meyakinkan melakukan sebuah larangan yang berat.
Hukuman rajam sebenarnya sudah ada sejak para nabi dan rasul di masa lalu sebelum era umat nabi Muhammad SAW. Hukuman seperti itu berlaku secara resmi di dalam syariat Yahudi dan Nasrani . Dan tidak dikutuk umat terdahulu kecuali karena mereka meninggalkan hukum dan syariat yang telah Allah tetapkan.




Karena negara kita tidak menganut hukum Islam,
Seharusnya kita lebih berhati-hati untuk tidak terjerumus
Dalam lembah perzinaan.
Mengapa demikian?
Bila hukuman Allah di dunia bisa dilaksanakan dengan ridlo,
Akan diampuni dosanya di akhirat dan selamat.




Hukuman Allah di dunia yang tidak dijalankan akan dilakukan di akhirat.
Hukuman paling berat berzina di dunia adalah dirajam,
Mungkin akan sangat sakit dikubur setengah badan lalu dilempari oleh masyarakat.
Tetapi ada batas sakit, yaitu kematian.
Di akhirat tidak ada kematian, hidup kekal.




Bila di dunia saja hukumannya sangat berat,
Bila tidak dilakukan di dunia, nanti di akhirat akan seperti apa?




Hukuman bagi pezina di Akhirat:




“Dan orang-orang yang tidak syirik menyembah Tuhan yang lain beserta Allah, dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipatgandakan azabuntuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat dan beramal sholeh.” (QS Al Furqan (25): 68-70).






Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang-orang yang berzina itu wajah-wajah mereka akan menyala-nyala api.” (HR Thabrani).




Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga orang yang kelak Allah tidak mau berbicara, tidak mau melihat, dan tidak mau mensucikan mereka, bahkan akan memperoleh siksaan yang pedih, mereka adalah: 1) Orang tua yang berzina, 2) Seorang raja (penguasa) yang pendusta, dan 3) Orang miskin tapi sombong.”




Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang berzina dengan istri tetangganya itu Allah tidak akan memandang dan tidak akan mensucikannya pada hari kiamat nanti, bahkan Dia berfirman: “Masuklah kamu ke neraka bersama-sama dengan orang yang masuk (ke dalamnya).” ” (HR Ibnu Ubay dan Al Khararaithi)




Dan kelak di neraka, para pezina kemaluannya akan membusuk dan mengeluarkan cairan yang paling busuk yang akan menjadi penyuplai minuman bagi para peminum khamer. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang mati dalam keadaan minum khamer, niscaya Allah akan memberi minuman kepada orang tersebut dari sumber ghutbah, yaitu sumber di dalam neraka berasal dari farjinya (kemaluannya) tukang zina.” (HR Abu Ya’ala dan Ahmad).




Samurah bin Jundub ra meriwayatkan, bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah didatangi malaikat Jibril dan malaikat Mikail, Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kita berangkatlah dan sampailah kepada dapur api, yang sebelah atas sempit sedang sebelah bawah lebih besar, dari dalamnya terdengar suara keras.” Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kami lalu menengok ke dalam ruang tungku tersebut, ternyata disitu ada orang-orang laki-laki dan orang -orang perempuan yang banyak tidak berpakaian, tiba-tiba menyalalah api dari bawah mereka dan seketika itu mereka berteriak-teriak yakni menjerit-jerit karena kepanasan, lalu aku bertanya: ‘Siapakah orang-orang itu, wahai Jibril?’ Malaikat Jibril menjawab: ‘Itulah orang laki-laki dan perempuan yang berzina dan itulah siksa mereka di hari kiamat nanti.” (HR Baihaqi).




Sahabat Hikmah...
Sungguh betapa bodohnya bagi orang-orang yang tidak gemetar jiwanya jika mengetahui balasan bagi perbuatan zina, justru mereka memilih nikmat yang tak seujung kuku dan begitu sombong siap menerima azab dunia akherat.




Padahal bila dia bersabar di dunia, di akhirat akan mendapatkan 72 bidadari yang kecantikan bisa menyinari seluruh bumi, di dalam kehidupan yang kekal.




Selayaknya dengan hal-hal tersebut di atas kita akan selamat dari perzinaan.


"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (QS Al Baqarah : 208)




Wallahu a’lam bi showab

Islam Agama Terkasih





Islam adalah agama Rahmatan lil ‘alamin.
Artinya Islam adalah agama yang membawa Rahmah bagi seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia.
Sesuai dengan firman Allah yang artinya:


“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) Rahmah bagi semesta alam”. (QS Al-Anbiya : 107)


Rahmat atau Rahmah artinya adalah kasih sayang, cinta yang tulus, rasa memiliki, membantu, menghargai, rasa rela berkorban, yang terpancar dari cahaya iman.


AL-ISLAM….mempunyai akar kata AS-SALAAM yang berarti KETENANGAN, KEDAMAIAN dan KETENTRAMAN.


Karena Rasulullah membawa Rahmah (cinta dan kasih) kepada seluruh alam, maka sudah selayaknya Allah menjadikan Rasulullah memiliki akhlak yang agung:




“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (Ali ‘Imran:159)




· ”Sesungguhnya Egkau (Muhammad saw) benar-benar berada dengan akhlak yang agung.” (QS Al Qalam : 4)




· ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al Ahzab : 21)




· “Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antara mu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.”
(QS Fushshilat [41]: 34-35)












Islam yang dibawa Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam melarang manusia berlaku semena-mena terhadap semua makhluk Allah. Islam menghormati hak binatang dan benda-benda. Dan apapun bentuk kesewenang-wenangan dan kezhaliman terhadap hewan, akan mendapat kecaman dari Allah subhanahu wa ta’ala.




· Misalnya sabda Rasulullah yang menyatakan bahwa ada seorang wanita yang disiksa akibat kematian seekor kucing yang dikurung tanpa diberi makan, hingga akhirnya kucing itu mati karena kelaparan. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
· Dan masih dalam konteks menghormati hak hewan, Rasulullah menyuruh kita menajamkan pisau yang akan digunakan menyembelih, hal dimaksudkan agar hewan yang disembelih tidak terlalu lama merasakan sakitnya penyembelihan. Sabda beliau, ”Ketika kalian menyembelih (hewan ternak), maka perbaguslah penyembelihanmu, dan hendaknya ia menajamkan pisaunya, dan buatlah hewan sembelihanmu merasa 'nyaman'.” (HR. Muslim)”




Itulah mengapa orang yang mengajarkan Islam akan mendapat sholawat (do’a) bukan hanya dari Allah dan para Malaikat, tetapi juga semua makhluk di bumi, semut dan ikan.
Dari Abu Umamah al-Baahili radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، حَتَّى النَّمْلَةَ فِى جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ، لَيُصَلُّونَ عَلَىمُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ




“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat/mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada manusia”
[ HR at-Tirmidzi (no. 2685) dan ath-Thabrani dalam “al-Mu’jamul kabiir” (no. 7912), dalam sanadnya ada kelemahan, akan tetapi hadits ini dikuatkan oleh hadits lain yang semakna. Hadits ini dinyatakan hasan shahih oleh imam at-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani rahimahullah dalam “Silsilatul ahaditsish shahihah” (4/467).].






Islam mengajarkan penghormatan kepada semua makhluk, apalagi dengan manusia. Islam datang untuk mengangkat derajat umat manusia ke tempat yang tinggi setelah begitu terpuruk pada masa jahiliyah. Islam sangat menghormati jiwa manusia dengan banyak memberikan perhatian terhadapnya.Islam bahkan sangat menghargai satu nyawa manusia, sehingga membunuh satu jiwa manusia tanpa kebenaran adalah sama dengan membunuh manusia seluruhnya, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,


“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya..” (QS. Al Maidah : 32)




Bayangkan jika manusia memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran islam, maka akan sungguh indah dan damainya dunia ini. Islam benar-benar mengajarkan kasih sayang.




“Orang-orang yang penyayang niscaya akan disayangi pula oleh ar-Rahman (Allah). Maka sayangilah yang di atas muka bumi niscaya Yang di atas langit pun akan menyayangi kalian.” (HR. Tirmidzi, dinyatakan hasan sahih oleh Tirmidzi dan disahihkan al-Albani)




Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إنَّمَا يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ
“Sesungguhnya Allah hanya akan menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang.” (HR. Bukhari)




Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, beliau meriwayatkan:
أَنَّ الأَقْرَعَ بْنَ حَابِسٍ أَبْصَرَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يُقَبِّلُ الْحَسَنَ فَقَالَ إِنَّ لِى عَشَرَةً مِنَ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ وَاحِدًا مِنْهُمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّهُ مَنْ لاَ يَرْحَمْ لاَ يُرْحَمْ ».




“al-Aqra’ bin Habis suatu ketika melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang mencium al-Hasan -cucu beliau-, maka dia berkata: ‘Saya memiliki sepuluh orang anak namun saya belum pernah melakukan hal ini kepada seorang pun di antara mereka.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, ‘Sesungguhnya barang siapa yang tidak menyayangi maka dia tidak akan disayangi.’.” (HR. Bukhari dan Muslim, ini lafazh Muslim)




Ajaran Islam menganjurkan saling menyayangi dan menjaga hubungan silaturahmi (tali kasih sayang) dan menyambungnya.




· Dari Abu Hurairah ra oa berkata, Rasulullah saw bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah I dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah I dan hari akhir maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi”. (HR Bukhori dan Muslim)




· Dari Aisyah ra berkata, Rosulullah saw bersabda, “Silaturahmi itu tergantung di `Arsy (Singgasana Allah) seraya berkata: “Barangsiapa yang menyambungku maka Allah akan menyambung hubungan dengannya, dan barangsiapa yang memutuskanku maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).




· Dari seorang laki-laki dari Khos’amm berkata: “Saya mendatangi Rasulullah sawsedangkan beliau sedang bersama salah seorang sahabatnya, aku berkata: kamu mengaku bahwa engkau adalah Rasulullah? Rasulullah saw menjawab: “iya”, aku bertanya: amalan apa yang paling dicintai Allah swt. Beliau menjawab; “Beriman kepada Allah swt ”, aku bertanya lagi, kemudian apa lagi ? beliau menjawab : “kemudian menyambung silaturahmi”. (HR Abu Ya’la dengan sanan Jayyid)




· Dari Jubair bin Mut?im ra sesungguhnya Rosulullah saw bersabda, ” Tidak akan masuk surga orang yang memutus hubungan.”. Sufyan berkata : “yaitu yang memutus hubungan tali silaturahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Bagaimana dengan JIHAD ?
Sebagian orang yang tidak memahami HIKMAH akan menganggap Islam adalah agama yang kejam dan senang berperang.
Tentang hal ini, sesungguhnya semuanya adalah atas perintah Allah dan Rasul-Nya, hukuman qishas, potong tangan dan memerangi orang yang zhalim, semuanya adalah atas dasar KEADILAN dan KASIH SAYANG.




Dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Tolonglah saudaramu ketika dia berbuat zhalim atau ketika dia dizhalimi.”Seseorang berkata, “Wahai Rasulullah, aku akan menolongnya jika ia terzhalimi, namun apabila dia berbuat zhalim, bagaimana aku menolongnya?”
Beliau menjawab, “Cegahlah dia atau tahanlah dia dari berbuat zhalim, maka ini adalah pertolongan baginya.” (HR. Al Bukhari)




Kita diwajibkan menolong bukan hanya orang yang terzhalimi, tetapi juga menolong orang yang zhalim dengan mencegah dan menahan agar tidak berbuat zhalim. Dan menurut Allah kezhaliman yang paling besar adalah syirik.
"Sesungguhnya perbuatan syirik itu merupakan kedzaliman yang besar". (Luqman: 13)




Kezhaliman itu (lawannya keadilan) bermakna meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Maka barangsiapa yang beribadah kepada selain Allah berarti dia telah meletakkan ibadah bukan pada tempatnya yakni memalingkan peribadatan kepada pihak yang tidak berhak atasnya untuk disembah, sungguh hal ini merupakan puncak kezhaliman.Sehingga Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan memeranginya.




Karena Allah sebagai pemilik semua makhluk, maka dia maha kuasa untuk berkehendak dan kita sebagai makhluknya tidak layak mengatakan Allah kejam atau Islam sebagai agama yang datang dari sisi Allah adalah agama yang kejam.
Apakah perintah Allah kepada Nabi Ibrahim as untuk menyembelih putranya Nabi Ismail juga dilihat sebagai tidak berperikamanusiaan?
Bukankah Ibrahhim dan Ismail serta semua manusia adalah milik Allah?
Bukankah tidak ada keburukan terhadap apapun yang dikehendaki-Nya sebagai Tuhan, pemilik alam semesta demi kebaikan makhluknya ?
Dan Allah tidak pernah menzhalimi manusia.




“Sesungguhnya Allah tidak Menzhalimi manusia sedikitpun, tetapi manusia itulah yang menzhalimi dirinya sendiri.”(QS. Yuunus/10:44)




Untuk lebih jelasnya marilah kita pelajari tahapan-tahapan Allah mewajibkan JIHAD. Para ulama’ menyebutkan bahwa ibadah jihad disyari’atkan melalui empat tahapan sebagai berikut :




[1]- Tahapan larangan untuk berperang dan perintah untuk bersabar menghadapi gangguan dan cercaan orang-orang musyrik sembari terus menyebarkan dakwah.




Selama 13 tahun masa dakwah di Makkah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat diperintahkan oleh Allah Ta’ala untuk memaafkan seluruh gangguan orang-orang musyrik. Beliau dan para sahabat dilarang untuk membalas atau memerangi mereka. Meski siksaan dan gangguan orang-orang musyrik sudah kelewat batas dan banyak sahabat jatuh menjadi korban, Rasulullah tetap memerintahkan seluruh sahabat untuk bersabar.
Usamah bin Zaid radiyallahu 'anhu berkata,” Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam dan para sahabat memaafkan orang-orang musyrik dan ahlu kitab sebagaimana perintah Allah kepada mereka (untuk memaafkan). Beliau dan para sahabat bersabar atas gangguan (orang-orang musyrik dan ahlu kitab).
Allah berfirman (artinya)” Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan." [QS. Ali Imran :186].




Allah berfirman (artinya),” Banyak orang-orang ahli kitab yang sangat ingin sekali memurtadkan kalian dikarenakan kedengkian pada diri mereka.” [QS. Al Baqarah :109].
Beliau melasanakan perintah Allah untuk memaafkan, sampai Allah mengizinkan beliau (untuk membalas).”[ HR. Bukhari]




Dari Ibnu Abbas bahwasanya Abdurahman bin Auf dan beberapa sahabat mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam saat masih di Makkah dan berkata, ”Wahai Rasulullah, kami dahulu ketika masih musyrik adalah orang-orang yang mulia, tetapi setelah kami beriman kami justru menjadi orang-orang yang hina.” Maka beliau menjawab, ”Aku diperintahkan untuk memaafkan, maka janganlah kalian memerangi mereka.”
Ketika Allah memindahkan kami ke Madinah dan Allah memerintakan kami untuk berperang, kami justru tidak berperang. Maka Allah menurunkan ayat : “ Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka:"Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat!" Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari takutnya. Mereka berkata:"Ya Rabb kami, mengapa engkau wajibkan berperang kepada kami Mengapa tidak engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi" Katakanlah:"Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun."(QS. An-Nisa’: 77). [ HR. Nasa’i ; Al-Jihad 6/3, Baihaqi 9/11, Al-Hakim dalam Mustadrok 2/307 dan beliau berkata shahih sesuai dengan Syarthul Bukhori namun Bukhori dan Muslim tidak meriwayatkannya, dan hal ini disepakati oleh Adz-Dzahabi. Dishahihkan syaikh Al Albani dalam Shaih Nasa’i no. 2891.]




Hadits-hadits ini menunjukkan, larangan berperang selama masa dakwah di Makkah disebutkan dalam firman Alloh : “ Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka sampai datang perintah Allah (untuk memerangi / membalas ).” [QS. Al Baqarah :109].




" Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan." [QS. Ali Imran :186]




“ Katakanlah kepada orang-orang yang beriman untuk memaafkan orang-orang (musyrik) yang tidak mengharapkan hari (perjumpaan dengan) Allah.” [QS. Al Jatsiyah :14].
Dalam fase dakwah Makkah ini tidak ada jihad dalam artian perang. Yang ada sebatas jihad dakwah, sebagaimana firman Allah Ta’ala :


“ Maka janganlah kau mentaati orang-orang kafir itu dan lawanlah mereka secara sungguh-sungguh dengan Al Qur’an.” [QS. Al Furqan :52].




[2]- Diperbolehkan berperang untuk membela diri dan tidak diwajibkan.




Hal ini disebutkan dalam firman Alloh :
“ Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.” (Al-Hajj: 39)




Dari Ibnu Abbas ia berkata,” Ketika Nabi diusir dari Makkah, sahabat Abu Bakar berkata,” Mereka mengusir nabi mereka. Inna Lillahi wa inna ilaihi raji’un. Mereka benar-benar akan binasa.” Maka turunlah ayat [QS. Al Hajj:39]. Abu Bakar berkata setelah turunnya ayat ini,” Aku tahu setelah ini akan terjadi perang.” [ Tirmidzi 3171, Nasa’i 6/2 dengan tambahan perkataan Ibnu Abbas di akhirnya,” Ini adalah ayat yang pertama kali turun tentang perang.” Juga Al Hakim 3/7, tanpa tambahan perkataan Ibnu Abbas. Hadits shahih dishahihkan syaikh Al Albani dalam Shahih Nasa’I no. 2890 dan Shahih Tirmidzi no. 2535.]




[3]- Diwajibkan berperang hanya jika kaum muslimin diserang.




”Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu tapi jangan berlebihan karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebihan!
Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir."


"Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."


"Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim."
(QS Al Baqarah : 190-193)


“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al Baqarah : 216)


“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!.” (QS An Nisaa’:75)




”Hai orang-orang beriman, apabila kamu bertemu orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan lain, maka sesungguhnya orang itu kembali membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah meraka Jahanam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.” (QS. Al-Anfal: 15-16)




[4]- Diwajibkan memerangi seluruh orang musyrik meskipun mereka tidak memerangi kaum muslimin, termasuk memerangi mereka di negeri mereka, sampai mereka mau masuk Islam atau membayar Jizyah.




Inilah fase terakhir perintah jihad yang turun sebelum Rasulullah wafat. Fase ini merupakan fase niha’i (final, terakhir) perintah jihad, yang ditandai dengan turunnya ayat saif (pedang), yaitu firman Alloh :




“ Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyirikin di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian.” (At-Taubah: 5).




Allah juga berfirman :
“ Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) pada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah Dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (At-Taubah: 29)




Orang muslim pun sebagian masih enggan berperang, maka Allah menegaskan:”Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu. Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah akan menyiksa dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. At-Taubah: 38-39)




Dalam hadits shahih Rasulullah bersabda :
“ Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka menyaksikan tiada Ilah yang berhak diibadahi selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat dan menunaikan zakat. Bila mereka telah melakukan hal itu, maka mereka telah menjaga darah dan harta mereka, sementara perhitungan amal mereka di sisi Allah.” [ HR. Bukhari no. 25, Muslim no. 22, Tirmidzi 2606, Abu Daud 1656, Ahmad 1/19.]




“ Berperanglah di jalan Allah, dengan nama Allah, perangilah orang yang kafir (tidak beriman kepada Allah), berperanglah dan janganlah kalian mengambil harta rampasan perang sebelum dibagikan, jangan mengkhianati perjanjian, jangan mencincang, jangan membunuh anak-anak!.” [HR. Muslim no 1731, Abu Daud 2612, Tirmidzi 1617, Ibnu Majah 2858.]




Imam Ibnu Qoyyim meringkasnya dalam perkataan beliau :
“ Jihad itu awalnya diharamkan, lalu diijinkan, lalu diperintahkan melawan orang yang menyerang terlebih dahulu, lalu diperintahkan untuk memerangi seluruh orang-orang musyrik.”[ Zaadul Ma’ad II/58]






Menurut Imam Ibnul ‘Arobi, Imam Ath Thabari, Imam Ibnu Athiyah, Ibnu Abbas, Qatadah, dan Rabi’ bin Anas, Ibnu Katsir dan beberapa ulama mengatakan bahwa dengan datangnya ayat Bara’ah (At Taubah) di atas telah menasakh (menghapus) ayat sebelumnya.


Bagaimana Islam menyikapi orang kafir di dalam perdamaian ?
Allah Ta’ala berfirman:
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al Mumtahanah (60): 8-9)


Ada sebagian orang membantah ayat ini dijadikan sebagai dalil, alasan mereka karena ayat ini (ayat 8) hanya berlaku ketika awal Islam saja, dan telah di nasakh (dihapus) dengan ayat: faqtuluu musyrikina haitsu wajadtumuuhum ..“bunuhlah orang-orang musyrik itu di mana saja kalian bertemu dengan mereka ...” . Demikianlah pendapat Ibnu Zaid dan Qatadah.


Sedangkan Imam Al Qurthubi mengatakan, ayat ini merupakan rukhshah dari Allah Ta’ala bagi orang kafir yang tidak memusuhi dan memerangi orang beriman. Ada juga yang mengatakan, ayat ini berlaku karena adanya ‘illah (alasan) yakni perjanjian damai, maka ketika perjanjian damai sudah tidak berlaku dengan adanya penaklukan kota Mekkah, maka ayat ini tinggal tulisannya saja. Ada pula yang mengatakan ayat ini khusus orang kafir dari kalangan wanita dan anak-anak, karena mereka tidak memerangi kaum beriman. Namun kebanyakan ahli tafsir mengatakan, hukum ayat ini masih berlaku, dengan alasan kisah Asma binti Abu Bakar yang diizinkan Rasulullah untuk bergaul dengan baik dengan ibunya yang masih musyrik. (Imam Al Qurthubi, Jami’ Li Ahkamil Quran, Juz. 18, Hal. 15)


Imam Ibnu Jarir mengatakan, Tidak benar dikatakan bahwa ayat ini telah mansukh. Kaum beriman tidak dilarang untuk berbuat baik dan adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi dan mengusir mereka, apa pun millah dan agama mereka, tetap dibolehkan berbuat baik (Al Birr), berhubungan, dan berbuat adil kepada mereka. Hal ini dikuatkan dengan riwayat Ibnu Zubeir tentang Asma’ bin Abu Bakar yang ingin menemui ibunya yang masih jahiliyah(musyrik), dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengizinkan Asma untuk menemuinya dan berbuat baik kepadanya. (Imam Abu Ja’far Ath Thabari, Jami’ Al Bayan fi Ta’wilil Quran, Juz. 23, Hal. 322-323)


Imam Asy Syaukani mengatakan bahwa Allah Ta’ala tidak melarang berbuat baik dan adil kepada orang kafir yang telah membuat perjanjian (damai) dengan orang beriman untuk meninggalkan perang. (Imam Asy Syaukani, Fathul Qadir, Juz. 7, Hal. 205. Al Maktabah Asy Syamilah) Artinya, perang baru ada lagi setelah mereka melanggar perjanjian dengan menyerang kaum muslimin.


Asbabun Nuzul ayat di atas turun karena Asma binti Abu Bakar ingin memberikan hadiah kepada ibunya yang masih musyrik, tetapi dia tidak berani melakukannya sebelum ada izin dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, hal itu diadukan kepada ‘Aisyah, lalu turunlah ayat di atas: ““Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu ..dst.” Lalu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan Asma untuk memberikan hadiah kepada ibunya dan masuk ke rumahnya. (Imam Abu Ja’far bin Jarir Ath Thabari, Jami’ Al Bayan fi Ta’wilil Quran, Juz. 23, Hal. 322. Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, Juz. 8, Hal. 90)


Dari keterangan ini, menunjukkan bahwa peperangan kita melawan orang kafir, bukan karena semata-mata kekafiran mereka, melainkan karena perbuatan jahat mereka seperti yang diterangkan dalam ayat 9. Jika mereka berbuat baik, mau berdamai, tidak mengajak berperang, tidak mengusir, maka ada tidak larangan berbuat baik dan adil terhadap mereka. Namun, jika mereka memerangi dan mengusir orang beriman –seperti yang dilakukan Zionis Yahudi terhadap umat Islam Palestina- maka tidak boleh berbuat baik dengan mereka, apa lagi kerja sama dengan mereka. Orang kafir yang berdamai disebut kafir dzimmi, dan orang kafir yang memerangi disebut kafir harbi.


Jadi pada intinya orang muslim benci dengan peperangan, tapi Allah adalah penguasa alam, Allah ingin menegakkan keadilan dan mencegah kezhaliman di muka bumi. Dan kehendak Allah harus diikuti.


”Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS Al Ahzab : 36)


Maka marilah kita kembali kepada Al Quran dan Sunnah Rasul. Agar Islam tidak hanya indah pada nama dan pedomannya, sementara orang Islamnya jauh. Dan jangan melihat baik dan buruk dari orangnya. Karena bisa jadi orang Islam tersebut (jahil) bodoh dengan Islam itu sendiri. Tetapi pelajarilah firman Allah dan penjelasannya melalui hadits yang shohih.


Demikian uraian yang cukup panjang (mohon maaf) semoga bisa dipahami dan mendapat HIKMAH.


Wallahu a’lam bi showab

Ketika Bangsa Jin Menjawab







”Maka ni`mat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
(QS Ar Rahman :13)


Sahabat Hikmah...
Dalam Al Quran surat Ar Rahman (Yang Maha Pengasih)
Allah ’Azza wa Jalla mengulang-ulangi
satu pertanyaan penting yang ditujukan
untuk bangsa MANUSIA dan JIN sampai 31 kali.
Setiap kali Allah mengulangi pertanyaan yang sama,
di sela-sela pertanyaan itu Allah menyebutkan ragam nikmat-NYa,





(maka ni`mat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?)


Sahabat Hikmah...
Coba renungkan sejenak.
Tinggalkan –untuk sesaat- rutinitas bisnismu.
Tinggalkan obsesi-obsesimu.
Sejenak saja...
Untuk bersama menyambut dan menjawab pertanyaan ini.
Pertanyaan yang diulang-ulang oleh Allah...
Dzat yang telah memberimu nafas,
Dzat yang telah memberimu jantung,
Dzat yang telah memberimu mata, tangan, kaki,
dan beraneka nikmat lainnya.
Dzat yang telah memberi tempat tinggal yang asri,
Lengkap dengan isteri, suami dan anak-anak.
Dzat yang menghidupkan juga mematikanmu.
Kapan dan dimana serta bagaimanapun.
Karena sesungguhnya Dia-lah yang menggenggam jiwamu,
Dan karena Dia-lah yang melepaskannya.


Ketika Allah bertanya kepadamu;
(maka ni`mat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?)


Bagaimanakah kamu menjawabannya ?


Jabir bin Abdillah radliyallahu ’anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallaahu ’alaihi wa sallam ketika membacakan surat Ar Rahman ini kepada para sahabatnya, beliau bersabda :
”Mengapa kalian terdiam saja? Sesungguhnya bangsa JIN lebih baik jawabannya ketika aku membaca Fabi ayyi aalaai rabbikumaa tukadzdzibaan ? (maka ni`mat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?) mereka (bangsa jin) menjawab, ”Duhai Tuhan kami, tidak ada satu nikmatpun yang kami dustai, segala puji hanya bagi-Mu semata.” (Lihat: Al Mustadrak ’Ala ash-shahihain 2/515. Hadits ini menurut Imam Adz Dzahabi
shahih sesuai syarat Imam Bukhari dan Muslim.


Sahabat Hikmah...
Kalau saat ini Engkau tengah membuka mushaf Al Quran,
Bukalah ...surat Ar Rahman...lalu bacalah...renungkan...
Akan terasa bagimu sentuhan lembut kalam ilahi
begitu teduh menyapa nuranimu.
Karena pertanyaan yang berulang-ulang itu,
bertujuan untuk menggugah rasa TAKUTmu
Dan salah satu bentuk ancaman bagi para durjana
Yang coba-coba berani mengingkari nikmat-nnikmat-Nya.


Qois bin ’Ashim Al-Munqariy pernah meminta kepada Rasulullah shalallaahu ’alaihi wa sallam, seraya berkata, ”Bacakanlah apa yang telah diwahyuka kepadamu!” Lalu Rasulullah shalallaahu ’alaihi wa sallam membacakan surat Ar Rahman. Qois bin ’Ashim Al-Munqariy meminta untuk diulangi. Rasulullah shalallaahu ’alaihi wa sallam pun mengulangi sampai tiga kali. Akhirnya Qois bin ’Ashim Al-Munqariy menyatakan keislamannya; ”Demi Allah, betapa indah dan manisnya, di bawahnya meengalir air yang berlimpah, sedang di permukaannya buah-buahan yang ranum...Apakah gerangan yang diucapkan orang ini (maksudnya Rasulullah shalallaahu ’alaihi wa sallam)? Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan sesungguhnya Engkau (Muhammad) adalah uttusan Allah.” (Lihat: Tafsir Al Munir, Az Zuhail : 27/200)




Sahabat Hikmah...
Dalam surat Ar Rahman ini Allah bertanya
kepada masing-masing diri,
tentang bagaimana kita bersikap
di hadapan nikmat-Nya yang begitu banyak.
Nikmat TERBESAR yang diberikan Allah
untuk hidup dan kehidupan,
untuk manusia dan kemanusiaan
adalah nikmat WAHYU (Al Quran).




Nikmat wahyulah yang mampu menjelaskan manusia dan jin
garis-garis besar aturan kehidupan.
Dengan wahyu perbedaan antara al-Haq dan al-Bathil
dapat teridentifikasi dengan jelas.
Wahyu pula-lah yang menuturkan kepada kita
mana yang halal dan yang haram




Sahabat Hikmah...
Berawal dari INDERA
kita dapat mengidentifikasi segala hal.
Apa yang tidak dapat diketahui oleh indera
akan dijelaskan oleh AKAL.
Dan apa yang tidak terjangkau oleh akal
akan dituntun oleh WAHYU.




Wahyulah tempat bermuaranya segala jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan yang musykil.
Dengan wahyu, segala pertanyaan akan terjawab.
Yakinlah!




Sahabat Hikmah...
Seberapa telah kita syukuri nikmat wahyu ini?
Ibnu Qayim rahimahullah menjelaskan
bahwa SYUKUR memiliki tiga rukun :
1. Mengakui nikmat tersebut secara bathin.
2. Menceritakannya secara zhahir
3. Menggunakannya dalam rangka taat kepada Allah
(Tazkiyatun Nufus, Ibnu Qayim)




Kalau kita ingin mengetahui kadar SYUKUR kita
kepada nikmat WAHYU (Al Quran) ini,
maka lihatlah bagaimana kwalitas dan kwantitas interaksi kita
kepada Al Quran dan penjelasnya (As Sunnah).
Apakah kita sudah memanfaatkan secara maksimal
anugerah Allah yang paling bermanfaat di dunia ini.
Baik ’Ilman wa ’amalan..
baik sebagai disiplin ILMU
atau sebagai AMALAN
yang teraktualisasi dalam kehidupan sehari-hari.


"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."(QS Ibrahim : 7)


"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS Al-A'raf : 179)




Nas’alullaha al-’Afiah
Wallahu a’lam bi showab




(Abu Hilya Salsabila)

Taklukkan Diri Sendiri







Selama kita masih DIBODOHI oleh KEINGINAN-KEINGINAN,
Selama itu pula kita tidak akan mendapatkan kebahagiaan.


Kita harus mampu menaklukkan diri sendiri,
Dari perbuatan yang menghinakan menghinakan diri
Dari KEBANGGAAN SEMU dengan banyaknya harta




Musuh yang paling besar adalah diri kita sendiri
Benteng hitam yang paling kokoh adalah nafsu
Yang bersemayam di dalam dada ini


Taklukkan diri sendiri niscaya akan dapat menaklukkan dunia
Perangi hawa nafsu niscaya akan mendapat kemenangan


Apabila syetan telah menggerogoti dada,
Memompa nafsu,
Menggerayangi kalbu,
Sehingga menjadi takut dan was-was dengan KEMISKINAN,
Maka segeralah berlindung kepada Sang Pencipta


“Dan jika kamu ditimpa suatu godaan syetan , maka berlindunglahkepada allah. Sesungguhnya allah maha mendengar dan maha mengetahui” (QS AL’Araaf (7) :200)


Tekan segala keinginan yang kurang bermanfaat;
Perteguh hati dengan perbuatan-perbuatan yang baik;
Dan benahi hati dari dendam kesumat, iri dan dengki
Hilangkan rasa bangga terhadap diri sendiri dan merendahkan orang lain.


Ketuklah pintu Rab-mu ketika marah, membenci sesuatu,
jiwa tergoncang dan jiwa labil..
Ikhlaskan dan bertawakkallah kepada-Nya


“...Dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat allah (zikrullah). ingatlah hanya dengan mengingat allah lah hati menjadi tentram (QS Ar-Ra’d (13) : 28)


Allah-lah mata air ketentraman batin.
Nafsu menjadi dingin dengan melakukan perintah-NYA
Mata menjadi sejuk dengan ber”tamu” kepada-NYA saat malam tiba;


Dengan bertakwa kepada-NYA
Keresahan berubah menjadi kesenangan.


Hanya dengan mengingat-NYA ,
Kita akan mampu menekan hawa nafsu, egoisme dan kecongkakan diri
dan berhenti dari kemaksiatan.


"Yaitu orang-orang yang apabila mereka berbuat dosa dan menganiaya diri mereka sendiri, mereka segera ingat Allah dan langsung memohon ampun atas dosa-dosanya dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa tersebut." ( QS Ali Imran : 135)


Dengan menaklukkan diri sendiri
Kita telah terbebas dari penjara kesengsaraan,
Telah terhindar dari jalan yang berlubang
Telah menyingkir dari badai yang menggulung,
Telah terbebas dari penyakit hati, dan
Telah lepas dari ikatan kita dengan syetan
Seperti camar yang menari diatas awan.
Ia jauh dari pemangsa
Dan berbahagia di lengkung indahnya pelangi.


Musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri.
Dia bagaikan tali tali rantai
Yang mengikat tawanan dengan kekuatan besinya.
Hanya dengan melepaskan diri darinya,
Hidup kita akan menjadi sentosa
Sebab tidak akan ada lagi yang mengikat kita
Untuk terbang menuju kebahagiaan hakiki.


Jadilah seperti mawar
Jangan seperti benalu yang tidak berharga,
Jangan seperti debu yang tidak bernilai,
Jangan seperti batu yang terinjak-injak dijalanan.


Jadilah keras seperti intan
Yang bersemayam di persembunyiannya yang kokoh
Yang hanya keluar untuk sang Pemilik-Nya
Kemurnian intan selalu terjaga,
Kesejukan sinarnya melebihi embun pagi diujung daun
Lekukan wajahnya kian memancarkan ketenangan
Namun dia kokoh melebihi bebatuan....


Jangan sampai cahayamu padam
Karena sebuah bola api yang kecil
Karena seekor serangga yang haus,
Bola api dan serangga bukanlah halangan
Untuk tetap melebarkan sayap keindahanmu
Jangan sampai kesulitan hidup membuatmu menyerah!


Jika ingin hidup...
Maka kehidupan itu berada ditengah-tengah bahaya,
Maka kehidupan itu akan penuh dengan kesulitan
Janganlah menghindar darinya...
Atasilah kesulitan-kesulitan itu.
Kesulitan selalu merupakan berkah yang tersembunyi
Karena akan mendatangkan yang terbaik.


Tidak ada jalan lain yang harus kita lewati
Selain jalan menuju Rahmat-NYA.


Tidak ada pintu yang kita ketuk
Saat seluruh pintu manusia tertutup untuk kita,
Kecuali Pintu-Nya.


Tiada tali yang kuat tuk tempat bergantung
Selain tali-NYA


Dan tidak ada karunia yang kita harapkan,
Kecuali karuniaNYA


YA Allah ..
Ya Rahman ...
Ya Rahim...
Ya Tuhan kami..
Hati kami telah lelah,
Tenaga kami telah terkuras
Airmata telah melelehkan semangat kami,
Langkah kamipun telah gontai
Dan bumi tempat kami berpijakpun telah bergoyang.


Ya Allah yang sinar-Mu memenuhi Timur dan Barat,
Terangilah pula kiranya hati kami
Dan bersihkan airmata kami dengan kesabaran dan ketenangan
Angkatlah Hijab kesulitan yang membuat airmata kami menetes
Lupakanlah ingatan kami akan awan hitam yang melekat
Dan ringankanlah langkah kami yang gontai ...
Menuju ampunan dan keridloan-Mu


Ya Allah sempurnakanlah sinar-Mu
Tunjukilah dan bimbinglah kami,
Besarlah rasa maaf-Mu,
Maafkanlah dosa-dosa kami
Hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami
Bagi-Mulah segala puja dan puji....